Selasa, 01 Oktober 2013

Ideologi Prestasi vs Lost Karakter Diri

Ideologi Prestasi vs Lost Karakter Diri
Ideologi prestasi vs. Lost karakter diri menjadi sebuah refleksi dari permasalahan bangsa yang menuntut agar diselesaikan dengan segera. Belum tercapainya sebuah Good Balancing System dalam pelaksanaan kebijakan dan penyelenggaraan negara oleh pemerintah terkhususnya pendidikan bangsa Indonesia. Perimbangan percepatan generasi muda bangsa di sisi lain juga diimbangi dengan percepatan non-ethies action generasi muda kita yang terkesan gemar dan bangga melakukan tawuran atau perkelahian, narkoba, aksi kekerasan, kasus seksual dan sebagainya. Paradigma-paradigma seperti tidak keren kalau tidak merokok, tidak jantan kalau belum tawuran, ataupun paradigma tak bermoral seperti “narkoba tentu, prestasi nanti dulu”, “pacar baru sensasi baru”. Bahkan banyak yang sok menjadi pemerhati kebijakan pemerintah, dengan sok protes melalui aksi anarkis plus brutal karena tidak setuju dengan kebijakan pemerintah. Patutnya kita kembalikan pada hal paling mendasar tentang pertanyaan “mengapa?”. Mengapa kita belajar? (jika, kita=pelajar). Mengapa harus menunaikan amanah dengan penuh tanggung jawab? (kita=pemerintah). Mengapa kita harus menjadi pemerhati yang peka terhadap anak-anak kita? (kita=orang tua). Mengapa kita sangat di apresiasi sebagai pendidik yang professional? (kita=guru/pendidik). Serta mengapa kita harus berdedikasi ataupun mengabdi pada Tanah Air Indonesia? (kita=generasi muda). Barangkali hal pertanyaan mendasar itu yang sering kita lupakan. Kita tidak tahu jawaban “mengapa”, “apa tujuan”, dan “bagaimana kontribusi terbaik untuk itu”. Keseringan kita melupakan posisi kita sebagai apa, apa tujuan kita dalam posisi itu, dan hal-hal terpenting apa yang harus kita lakukan dalam mencapai tujuan kita.  Hal ini juga terkait dengan hal mendasar dari tumbuh-kembangnya nilai-nilai karakter bangsa.
Rekonstruksi Ethies Sebagai Pembentuk Karakter Diri
Melalui tulisan ini, beberapa rekonstruksi penting yang penulis rasakan sebagai pelajar ataupun generasi muda bangsa, barangkali dapat penulis poin-poinkan yaitu:
  1. Memaksimalkan keberadaan PAUD, sebagai unit yang memberikan kontribusi besar dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak usia dini, serta pemerataannya.
  2. Membuat forum generasi muda, dengan keanggotaan seluruh pemuda nusantara. Sehingga sharing problem solving dan informasi dapat dilakukan secara langsung.
  3. Bagi pemerintah, terus lanjutkan kebijakan dengan penuh tanggung jawab, jujur, dan penuh integritas serta mencotohkan ketauladanan yang baik agar dengan kepercayaan terhadap  pemerintah tersebut lebih menggugah dan menjadi alat efektif peningkatan karakter bangsa
  4. Orang tua, guru, generasi muda hendaknya terus melakukan pendekatan-pendekatan pada generasi muda yang masih dalam tindakan-tindakan non-ethies.
  5. Membuka dialog-dialog bersama pelajar atau generasi muda untuk membuka tabir permasalahan untuk dipecahkan
  6. Pemberdayaan teknologi untuk memacu semangat pemuda bangsa, seperti melalui media film, atau sebagainya untuk menanamkan nilai-nilai karakter bangsa.
  7. Terus melanjutkan kegiatan-kegiatan kompetisi guna peningkatan kualitas dan mutu pendidikan dan kapasitas pelajar Indonesia.
  8. Melakukan seminar-seminar, penyuluhan atau sebagainya terhadap kasus-kasus yang marak di kalangan para pelajar bangsa.
  9. Pengusahaan pemerataan kualitas anak  bangsa di seluruh nusantara.
  10. Melanjutkan program-program yang telah ada guna merekonstruksi penurunan ethies dan norms anak bangsa serta evaluasi yang sebaiknya melibatkan generasi muda tersebut.
Apa yang dapat kita berikan untuk negeri?
Pengabdian untuk bangsa merupakan kewajiban yang harus ditunaikan seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Tidak ada satupun yang boleh lebih berjasa terhadap NKRI. Karena bukan hanya satu etnis yang berperan dalam merintis tumbuh kembangnya bangsa Indonesia.  Oleh karena itu, semua etnis harus sadar bahwa semua bersaudara dalam bingkai negara.
Perhatian pemerintah dalam pemerataan harus terrealisasi dengan baik. Mencapai daerah-daerah terpencil guna terciptanya Good Balancing System.Terciptanya keseimbangan sistem yang baik dalam tubuh Indonesia. Baik itu seimbang dalam pemerataan pendapatan, perimbangan dalam dunia pendidikan, perimbangan hak dan kewajiban, perimbangan perhatian oleh pemerintah pusat, perimbangan dalam kesinambungan tumbuh kembang SDA dan SDM, keseimbangan percepatan prestasi bangsa dengan penurunan tingkat non-ethis action oleh pelajar nasional. Semua tanpa terkecuali harus bergabung. Menyatukan semua etnis, satu pikiran, satu tujuan, satu bangsa, satu negara, satu permasalahan bersama, satu hal terpenting untuk itu, persatuan! “Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung” Bukankah Indonesia bukan hanya Pulau Jawa?
Sebenarnya, dengan pemusatan dan fokus kebijakan yang baik akan sangat melambungkan nama Indonesia sebagai negera yang paling berpeluang menjadi negara terdepan di dunia. Dengan segenap SDM berkualitas, SDA berlimpah, serta tradisi dan kebudayaan bangsa yang membanggakan menjadi alasannya. Sepanjang tahun 2011 saja kita bisa melihat sederet prestasi generasi muda Indonesia, diantaranya saja; 2 perak 1 perunggu, best team, dan best practical dalamInternational Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA), 2 perunggu di International Olympiad in Informatics (ICI), 2 perak 4 perunggu di International Mathematics Olympiad (IMO), International Chemistry Olympiad (IchO) dengan 2 emas dan 2 perak, 1 emas 1 perak 3 perunggu di International Phyisics Olympiad (IphO), Indonesia sebagai 20 Best Speaker EFL di Dundee, Skotlandia dalam ajang World School Debating Championship, Olimpiade Internasional Bahasa Jerman Indonesia juara 3 untuk Tingkatan A, Tiga anak Indonesia menjadi juara III untuk "Regular Category Junior High School" dalam World Robotic Olympiad (WRO) 2012 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Mengagumkan bukan?
Sebagai generasi muda, kita harus berani berjuang sebagai pejuang. Sebagaimana tutur Pahlawan Nasional Riau, Tuanku Tambusai:
“....tiada pahlawan kita yang mati di atas ranjang tetapi gugur berlumuran darah di medan perang adalah lebih mulia dari menutup mata di atas kasur yang empuk...”
                                   
                                                                                              Karya  : Ahmad Fauzi
                                                                                              NPM   : 133010004205
                                                                                              Kelas   : KBN 1-C

Tidak ada komentar:

Posting Komentar